Twitter

    Sabtu, 20 Maret 2010

    Kesan-kesan pasien yang telah mengikuti terapi akupunktur

    E (9 tahun) seorang pasien cerebral palsy telah 6 tahun menjalani fisioterapi namun tangan dan lengan tetap spastik dan bila tidur selalu dengan kondisi tangan dan lengan terlipat. Setelah 3 minggu menjalani terapi akupunktur E bisa tidur dengan berbagai posisi dengan tidak spastik lagi.

    R (4 tahun) didiagnosis autistic spectrum disorder dan tidak bisa bicara sama sekali. Setelah 7 bulan terapi R bisa mengucapkan ”tidak”, ”tu, wa, ga, pat, ma” ketika diajari berhitung. R pun bisa diperintahkan mengambil sepatunya dan bisa menuangkan air dari botol ke gelas tanpa tumpah yang sebelumnya sulit untuk dilakukan.

    K (11 tahun), H (9 tahun) dan N (9 tahun) didiagnosis ADHD mempunyai kesulitan belajar karena sulit memusatkan perhatian. Setelah 1 bulan diakupunktur keduanya bisa lebih berkonsentrasi dan nilai-nilainya yang semula 4-6 sekarang menjadi 8-9. K dan N setelah 1 bulan terapi menjadi sembuh total sedangkan H harus kontrol 1 minggu sekali untuk mempertahankan konsentrasinya.

    Akupunktur pada Retardasi Mental

    Iwan Arijanto (2007) melakukan penelitian observasional terhadap pasien ADHD yang dilakukan terapi akupunktur. Responden terdiri dari 8 orang dengan umur rata-rata 15 tahun (SD 7,05) dan telah menjalani terapi akupunktur selama 9,13 bulan (SD 6,79) dengan paling sedikit baru 1 bulan dan paling lama 18 bulan.    

    Kesimpulannya akupunktur dapat memperbaiki gejala klinis ADHD yang diukur dengan Abbreviated Conner’s Rating Scale dengan waktu perbaikan gejala rata-rata 2,75 bulan (SD 2,43) dengan variasi dari mulai 1 bulan sampai dengan 7 bulan.

    Akupunktur pada Retardasi Mental

    Qing,  Rui, dan Honglai (2000) melakukan penelitian pada 558 pasien retardasi mental yang mendapatkan akupunktur dan 443 pasien yang mendapatkan akupunktur dan obat herbal. Pasien diterapi antara 4 bulan sampai 1 tahun. Pasien yang mendapatkan akupunktur saja terdapat kenaikan IQ pada 79,03% orang sedangkan yang mendapat akupunktur dan herbal terdapat kenaikan IQ pada 89,60% orang.

        Artinya dengan terapi akupunktur yang berkesinambungan ada harapan untuk terjadinya kenaikan IQ pada pasien dengan retardasi mental.

    Akupunktur pada Autism/Autistic Spectrum Disorder

    Iwan Arijanto & Suci Astarini (2007) meneliti secara observasional terhadap 36 pasien yang dilakukan akupunktur dengan diagnosis autistic spectrum disorder dengan usia minimum 4 tahun dan maksimum 24 tahun. Kemajuan terapi pertama dirasakan terjadi pada 2 bulan pertama setelah terapi dengan mean yaitu 2,75 (SD 1,500). Dua puluh sembilan orang tua (80,6%) merasakan adanya kemajuan yang bermakna dan 31 orang tua (86,1%) merasa puas dengan terapi akupunktur.

    Sebelum terapi akupunktur terlihat sebagian besar 83,3% termasuk ke dalam autistik yang berat.

    Setelah akupunktur dengan waktu 1-48 bulan terlihat adanya perbaikan derajat autistiknya. Skor CARS membaik secara sangat bermakna.

    Prof. Virginia Wong dkk (2005) meneliti dengan PET Scan dan menemukan dengan 4 minggu akupunktur terdapat kenaikan metabolisme otak sebesar rata-rata 22,6% dibandingkan dengan kontrol yang hanya sebesar 1,2-1,5%.(Wong V, Yeung DW, Sun G, Ho CL, Chan MS, 2005)

    Hal ini menunjukkan akupunktur yang dilakukan bersama terapi lainnya jauh lebih efektif dibandingkan hanya melakukan terapi-terapi konservatif saja.

    Akupunktur pada Cerebral Palsy


    Prof. Virginia Wong, MD, PhD, seorang neuropediatrist pada Hong Kong University melakukan akupunktur pada 33 anak-anak dengan cerebral palsy. Skor Movement membaik dari 78,82 menjadi 82,99 setelah 8 minggu akupunktur. Skor pada self-care, mobilitas, dan self-care assistance membaik secara bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang hanya menjalani fisioterapi. (Virginia Wong, 2004)

    Zhang dan Jin (2005) meneliti pemakaian akupunktur terhadap gangguan berbahasa pada cerebral palsy. Pasien terdiri dari 76 yang mendapat akupunktur dan 33 pasien mendapat obat piritioksin dan GABA per oral selama 4 bulan. Efektifitas pada terapi akupunktur sebesar 86,8% sedangkan pada terapi obat sebesar 59,1%. Jadi terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara control dan terapi akupunktur. (Zhang QM, Jin R, 2005)

    Apa itu Akupunktur ?

    Akupuntur (Bahasa Inggris: Acupuncture; Bahasa Latin: acus, "jarum" (k benda), dan pungere, "tusuk" (k kerja)) atau dalam Bahasa Mandarin standard, zhēn jiǔ (針灸 arti harfiah: jarum - moxibustion) adalah teknik memasukkan atau memanipulasi jarum ke dalam "titik akupunktur" tubuh. Menurut ajaran ilmu akupunktur, ini akan memulihkan kesehatan dan kebugaran, dan khususnya sangat baik untuk mengobati rasa sakit. Definisi serta karakterisasi titik-titik ini di-standardisasi-kan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Akupunktur berasal dari Tiongkok  dan pada umumnya dikaitkan dengan Obat-obatan Tradisional Tiongkok. Bermacam-macam jenis akupuntur (Jepang, Korea, dan Tiongkok klasik) dipraktekkan dan diajarkan di seluruh dunia.


    Teori Akupunktur

    Teori akupuntur yang berasal dari Pengobatan/Obat-obatan tradisional Tiongkok tidak melalui penggunaan metode ilmiah, dan mendapat berbagai kritik berdasarkan pemikiran ilmiah. Tidak ada basis anatomis atau histologis yang secara fisik bisa diverifikasi tentang keberadaan titik akupunktur atau meridian (akupunktur).

    Apakah yang dimaksud dengan akupunktur?

    •  Akupunktur adalah suatu cara pengobatan dengan perangsangan titik-titik tertentu (titik akupunktur) dipermukaan tubuh untuk menyembuhkan suatu penyakit.
    •  Perangsangan tersebut dapat dilakukan melalui penusukan jarum, penyuntikan, penyinaran dan sebagainya.
    Mengapa memilih akupunktur medik?
    • Akupunktur medik merupakan bagian dari Physical Medicine dan berdasarkan pada Neuroscience, mengobati pasien menurut prinsip medik dan evidence based.
    • Akupunktur telah berkembang dari konsep tradisional klasik menjadi akupunktur medik yang diterapkan menurut kaidah-kaidah kedokteran konvensional

    Secara umum penggunaan akupunktur dalam pengobatan adalah pada :

    •  Berbagai keadaan nyeri seperti nyeri kepala, nyeri bahu, nyeri lambung, nyeri lutut.
    •  Berbagai kelainan fungsional seperti asma, alergi, susah tidur, mual pada kehamilan.
    •  Beberapa kelainan saraf, seperti kelumpuhan muka, kelumpuhan anggota gerak, kesemutan.
    •  Keadaan tertentu lainnya seperti ketagihan merokok, kegemukan, peningkatan stamina.

    Mitos Tentang Autisme

    Mitos: Semua anak dengan autisme memiliki kesulitan belajar.
    Fakta: Autisme memiliki manifestasi yang berbeda pada setiap orang. Simtom gangguan ini dapat bervariasi secara signifikan dan meski beberapa anak memiliki kesulitan belajar yang berat, beberapa anak lain dapat memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan mampu menyelesaikan materi pembelajaran yang sulit, seperti persoalan matematika. Contohnya, anak dengan sindrom Asperger biasanya berhasil di sekolah dan dapat menjadi mandiri ketika ia dewasa.
     

    About

    Site Info

    Text

    Terapi Autis dengan Metode Akupunktur Copyright © 2009 Community is Designed by Bie